Salah satu tantangan utama dalam pendidikan di Indonesia adalah keterbatasan daya tampung sekolah negeri. Sekolah negeri, terutama pada jenjang SMA hingga perguruan tinggi, sering kali tidak mampu menampung seluruh siswa yang ingin melanjutkan pendidikan. Akibatnya, banyak siswa harus beralih ke sekolah swasta yang biayanya jauh lebih mahal. Hal ini menjadi kendala besar bagi keluarga dari kalangan ekonomi rendah, yang sering kali kesulitan membayar biaya sekolah swasta beserta kebutuhan pendidikan lainnya, seperti seragam, buku, dan transportasi.
Data menunjukkan bahwa banyak siswa lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak tertampung di sekolah negeri akibat keterbatasan daya tampung. Berikut beberapa temuan survei yang mengilustrasikan permasalahan ini:
Provinsi DKI Jakarta: Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat bahwa pada tahun 2024, daya tampung SMP Negeri hanya sebesar 47%, sementara SMA/SMK Negeri hanya mampu menampung 35% siswa. Akibatnya, sekitar 80.071 anak di jenjang SMP dan 90.152 anak di jenjang SMA/SMK tidak tertampung di sekolah negeri.
New Indonesia
Provinsi Banten: Sekitar 151.000 lulusan SMP tidak dapat melanjutkan ke SMA/SMK negeri karena keterbatasan kapasitas.
IDN Times Banten
Kota Pekanbaru, Provinsi Riau: Pada tahun 2022, sebanyak 12.800 anak tidak tertampung di sekolah negeri saat penerimaan peserta didik baru (PPDB).
Cakaplah
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah: Lebih dari separuh lulusan SMP/MTs tidak dapat melanjutkan ke SMA/SMK negeri pada tahun ajaran 2023/2024 karena jumlah sekolah negeri yang terbatas.
Solopos
Keterbatasan daya tampung sekolah negeri ini memaksa banyak siswa untuk melanjutkan pendidikan di sekolah swasta yang biayanya lebih tinggi, sehingga menjadi beban bagi keluarga dengan ekonomi rendah. Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi penyebab utama anak putus sekolah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa berdasarkan Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2021, 76% keluarga mengakui anaknya putus sekolah karena alasan ekonomi.
Persaingan yang Ketat: Keterbatasan kapasitas sekolah negeri menyebabkan persaingan masuk semakin ketat. Siswa dengan nilai akademik tinggi cenderung lebih mudah diterima, sementara siswa dengan nilai menengah atau rendah sering kali tersisih, meskipun mereka memiliki potensi yang besar.
Permasalahan ini telah menjadi polemik dan konsen pemangku kepentingan selama beberapa dekade, berbagai metode dan model sudah coba diterapkan, tetapi hingga saat ini, masih menyisakan berbagai problema baru, hal ini menunjukkan bahwa persoalan tersebut belum sepenuhnya terpecahkan.
Ketergantungan pada Sekolah Swasta: Ketika tidak diterima di sekolah negeri, banyak siswa terpaksa memilih sekolah swasta dengan biaya yang tinggi. Hal ini menjadi beban berat bagi keluarga dari kalangan ekonomi rendah, yang pada akhirnya membuat banyak anak putus sekolah atau memilih jalur pendidikan informal.
Tingginya biaya sekolah di sekolah-sekolah swasta tidak dapat disalahkan, karena pihak swasta mendirikan sekolah, mengoperasikan dan merawat nya, menggunakan dana pribadi dan hampir seluruh biaya operasional harus dibebankan pada iuran uang sekolah yang dibayarkan siswa. Bahkan sangat banyak organisasi, dan lembaga nirlaba beru[aya membantu pemerintah menyelenggarakan sekolah dengan upaya maksimal dan menekan serendah mungkin beban yang harus ditanggung orang tua siswa, tetapi walaupun biayanya sudah rendah, masih memberatkan bagi orang tua siswa, khususnya yang berpendapatan rendah.
Program sekolah gratis yang dicanangkan pemerintah sejak beberapa dekade, tetap saja belum sepenuhnya efektif, mengingat biaya penyelenggaraan pendidikan yang tinggi, termasuk pada infra struktur dan supora struktur pendidikan.
Transportasi dan Dampaknya pada Pendidikan
Masalah transportasi juga menjadi hambatan besar bagi akses pendidikan. Banyak keluarga di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan menghadapi masalah kemacetan lalu lintas, banjir, dan jarak tempuh yang jauh ke sekolah. Kondisi transportasi publik yang tidak memadai memperburuk situasi ini, sehingga banyak orang tua harus mengantar anak mereka sendiri, menambah tekanan pada kehidupan sehari-hari.
Kemacetan dan Ketepatan Waktu: Kemacetan lalu lintas membuat banyak siswa terlambat datang ke sekolah, yang tidak hanya memengaruhi proses belajar-mengajar tetapi juga meningkatkan tingkat stres siswa dan orang tua.
Biaya Transportasi: Bagi keluarga dari kalangan ekonomi rendah, biaya transportasi ke sekolah sering kali menjadi beban tambahan yang sulit diatasi.
Infrastruktur yang Tidak Mendukung: Di daerah terpencil, jalan yang buruk, minimnya sarana transportasi umum, dan jarak yang jauh ke sekolah menjadi hambatan besar bagi siswa untuk mengakses pendidikan.
Permasalahan akses dan kualitas pendidikan memiliki dampak luas pada masyarakat. Tingginya biaya pendidikan dan kendala transportasi memicu tingkat stres yang tinggi, baik bagi siswa maupun orang tua. Banyak keluarga yang harus mengorbankan kebutuhan dasar lainnya demi membiayai pendidikan anak, yang pada akhirnya memengaruhi kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Selain itu, siswa yang terhambat dalam mengakses pendidikan berkualitas memiliki peluang yang lebih kecil untuk meningkatkan taraf hidup mereka di masa depan.
Peningkatan Daya Tampung Sekolah Negeri: Pemerintah perlu membangun lebih banyak sekolah negeri, khususnya di daerah dengan tingkat populasi tinggi, untuk memastikan semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Program penempatan siswa terpadu, tampaknya menjadi solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalah ini, domana siswa tidak lagi mendaftar pada sekolah lanjutna, nya, tetapi pemerintah sudah menyiapkan dan menentukan setiap siswa akan ditempatkan disekolah lanjutan yang availabel, akan disesuaikan dengan domisili siswa bersangkutan.
Subsidi untuk Pendidikan Swasta: Memberikan subsidi pendidikan untuk sekolah swasta agar biaya lebih terjangkau bagi keluarga ekonomi rendah.
Pola - pola seperti yang diterapkan pemeritah pada rumah sakit swasta dengan program BPJS, tampaknya akan efektif jika juga di=terapkan pada sekolah-sekolah swasta dengan program baru yang dirancang sedemikian hingga membentu sekolah-sekolah swasta agar dapat menghadirkan layanan pendidikan berkualitas, seklaigus juga melayani masyarakat berpenghasilan rendah.
Peningkatan Infrastruktur Transportasi:
Pengembangan transportasi umum yang terjangkau dan andal untuk memudahkan siswa pergi ke sekolah., dalam hal ini, pemerintah daerah perlu mempersiapkan bus - bus sekolah, baik dengan cara menggunakan Anggaran untuk membeli bus-bus untuk dijadikan bus sekolah yang mampu menjangkau seluruh siswa di kabupaten tersebut, atau bisa juga menggunakan pola kerja sama dengan perusahaan - perusahaan yang memiliki sarana transportasi massal, agar di berdayakan dalam memabntu operasioanl transportasi siswa sekolah secara massif. Atau menggunakan kendaraan-kendaraan yang terparkir di instansi - instansi pemerintah, seperti TNI -POLRI, BUMN, dan lain sebagainya, yang ditugaskan untuk melayani transportasi siswa sekolah setiap hari, khususnya saat akan berangkat ke sekolah.
Pembangunan infrastruktur jalan yang lebih baik di daerah terpencil untuk meningkatkan akses pendidikan.
Program Beasiswa: Memperluas program beasiswa bagi siswa dari keluarga ekonomi rendah untuk memastikan mereka dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi tanpa terbebani biaya besar.
Penguatan Pendidikan Jarak Jauh: Memanfaatkan teknologi untuk menyediakan pendidikan jarak jauh yang berkualitas, terutama bagi siswa di daerah terpencil atau dengan kendala transportasi.
Kesenjangan akses dan kualitas pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan solusi yang komprehensif. Dengan meningkatkan daya tampung sekolah negeri, memperbaiki infrastruktur transportasi, dan menyediakan subsidi serta beasiswa, diharapkan semua siswa di Indonesia dapat mengakses pendidikan yang layak dan berkualitas. Pendidikan yang inklusif dan merata tidak hanya akan mengangkat kualitas hidup individu, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan bangsa secara keseluruhan.
Permasalahan ini menunjukkan perlunya perhatian serius dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kapasitas dan aksesibilitas pendidikan, terutama bagi kelompok ekonomi lemah, guna memastikan pemerataan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh anak Indonesia. (ITSAK/17012025)