Pedagogi, andragogi, dan heutagogy adalah tiga pendekatan pembelajaran yang memiliki fokus, prinsip, dan metode berbeda sesuai dengan karakteristik peserta didik. Berikut adalah perbandingan mendalam antara ketiganya:
1. Pedagogi (Pembelajaran Berpusat pada Anak)
Pedagogi adalah seni dan ilmu mengajar anak-anak dengan pendekatan yang terstruktur di mana guru menjadi pusat proses pembelajaran. Dalam pendekatan ini, guru bertindak sebagai sumber utama pengetahuan, dan siswa mengikuti arahan guru secara pasif atau semi-pasif. Guru menentukan apa yang akan diajarkan, dan pembelajaran berbasis pada kurikulum yang telah ditentukan. Fokus utamanya adalah pada pengajaran keterampilan dasar dan pengetahuan fundamental.
Kelebihan pedagogi meliputi efektivitasnya dalam memberikan struktur dan arahan kepada anak-anak, serta cocok untuk pembelajaran dasar dan teoritis. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan karena siswa cenderung kurang memiliki otonomi dan tidak terdorong untuk belajar secara mandiri.
2. Andragogi (Pembelajaran untuk Orang Dewasa)
Andragogi, yang diperkenalkan oleh Malcolm Knowles, merujuk pada seni dan ilmu mengajar orang dewasa. Pendekatan ini fokus pada pembelajaran mandiri dan menggunakan pengalaman peserta didik sebagai dasar pembelajaran. Peserta didik dianggap sebagai individu yang memiliki kebutuhan belajar spesifik, yang relevan dengan kehidupan nyata.
Andragogi melibatkan kolaborasi antara guru dan peserta didik, di mana pengalaman sebelumnya digunakan sebagai sumber pembelajaran. Metode ini memiliki kelebihan seperti mendorong keterlibatan aktif peserta didik dan relevansi tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Namun, andragogi tidak cocok untuk anak-anak atau individu tanpa pengalaman sebelumnya. Selain itu, metode ini membutuhkan fasilitator yang kompeten untuk mendorong diskusi dan refleksi yang mendalam.
3. Heutagogy (Pembelajaran Mandiri Sepenuhnya)
Heutagogy adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan kendali sepenuhnya di tangan peserta didik. Dalam pendekatan ini, peserta didik bertanggung jawab penuh atas pembelajaran mereka, termasuk apa yang mereka pelajari dan bagaimana proses tersebut berlangsung. Konsep ini diperkenalkan oleh Stewart Hase dan Chris Kenyon pada awal tahun 2000-an.
Heutagogy mendorong pembelajaran otonom tanpa arahan langsung dari guru. Fokusnya adalah pada pengembangan kemampuan belajar sepanjang hayat dan refleksi mendalam sebagai bagian dari proses belajar. Kelebihan heutagogy meliputi pengembangan kemandirian dan tanggung jawab belajar, serta sangat cocok untuk pembelajaran berbasis teknologi. Namun, pendekatan ini membutuhkan tingkat motivasi tinggi dari peserta didik dan tidak semua individu siap untuk belajar secara mandiri.
1. Pedagogi: Dalam pembelajaran pedagogi, guru menggunakan metode seperti ceramah, diskusi kelompok, atau storytelling untuk menyampaikan materi. Contohnya adalah guru yang mengajarkan matematika dasar kepada siswa SD menggunakan buku pelajaran dan latihan soal untuk melatih keterampilan dasar mereka.
2. Andragogi: Pada pendekatan andragogi, pembelajaran dilakukan dengan cara kolaboratif seperti diskusi, simulasi, atau pembelajaran berbasis proyek. Sebagai contoh, pelatihan manajemen bagi karyawan sering kali menggunakan studi kasus untuk membantu peserta memahami konsep-konsep penting dalam konteks nyata.
3. Heutagogy: Dalam heutagogy, pembelajaran difasilitasi melalui platform e-learning atau teknologi untuk mendorong otonomi peserta didik. Contohnya adalah mahasiswa yang memilih topik penelitian sendiri dan menentukan metode penelitian tanpa campur tangan langsung dari dosen, dengan menggunakan sumber belajar yang beragam untuk mendukung proses tersebut.
Dewey, J. (1938). Experience and Education. New York: Macmillan.
Knowles, M. S. (1984). The Adult Learner: A Neglected Species. Houston: Gulf Publishing.
Hase, S., & Kenyon, C. (2000). From Andragogy to Heutagogy. Ultibase Articles.
Blaschke, L. M. (2012). Heutagogy and Lifelong Learning: A Review of Heutagogical Practice and Self-Determined Learning. International Review of Research in Open and Distributed Learning.
Pedaste, M., et al. (2015). Phases of Inquiry-Based Learning: Definitions and the Inquiry Cycle. Educational Research Review.