Diantar pilihan – pilihan yang mungkin, adalah pengembangan pasar, perang marketing dan inovasi produk, tetapi sering kali, sebelum semua kebijakan itu dilaksanakan, perusahaan terlebih dahulu mengambil kebijakan untuk melakukan efisiensi, hal ini diperlukan agar perusahaan memiliki cukup energy untuk mengeksekusi strategy-strategy berikutnya, seperti pesawat yang akan lepas landas membutuhkan konsolidasi dan focus energy.
Disisi lain, perkembangan tehnologi begitu pesat, masuk pada perlombaan menyediakan berbagai sumber daya produksi secara lebih efisien, cepat, dan akurat serta dengan biaya yang lebih murah. Otomasi, Mekanisasi dan Robotisasi, yang belakangan didukung perkembangan Artificial Inteligent, mampu memangkas hamper tiga puluh persen biaya produksi jika perusahaan menggantikan tnaga kerja manusia dengan alat-alat canggih yang sudah dapat di aplikasikan hamper di semua lini perusahaan.
Pilihan efisiensi dan kemajuan tehnologi, mendorong perusahaan – perusahaan, baik besar maupun kecil, untuk melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan nya. Mengingat kemampuan tehnologi AI dan robotic mampu menghasilkan hasil kerja yang lebih presisi, akurat, cepat dan tepat, tanpa keluhan dan tanpa aspek social yang sering kali menyebabkan berbagai masalah dalam perusahaan.
Banyak karyawan terbaik yang kemudian mengalami pemutusan hubungan kerja, akhirnya memutuskan membangun bisnis baru menggunakan uang tabungan yang selama ini telah dikumpulkan, ditambah uang pesangon yang jika di investasikan pada institusi keuangan, akan terasa sangat sedikit.
Disisi lain, perusahaan yang tidak siap menghadapi persaingan atau kurang memiliki persiapan yang matang, mengalami fenomena penurunan pemasukan, atua bahkan lebih parah lagi, banyak yang mengalami pertumbuhan tanpa profit, alias, perusahaan bertumbuh, pemasaran produk meningkat, tetapi harus menurunkan harga hingga pada level yang tidak bias lagi menghasilkan keuntungan bersih setelah diptong biaya-boaya operasional lain nya.
Beberapa ahli strategy yang keliru menganggap bahwa era produknya sudah berakhir, mereka menganalisa perubahan perilaku konsumen yang mulai beralih ke produk lain, akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikan produksi dana tau operasi pada bisnis uatamanya, dan beralih membangun produk atau jasa baru.
Fenomena Menguras Tabungan di Era Krisis Ekonomi
Di tengah ketidakpastian dunia akibat konflik dan krisis ekonomi, fenomena menguras tabungan menjadi semakin marak. Banyak individu, termasuk para pensiunan, merasa terdorong untuk memanfaatkan tabungan mereka sebagai modal awal untuk membuka usaha baru. Harapan akan kebangkitan ekonomi sering kali menjadi pendorong utama, meskipun risiko yang mengintai tidaklah kecil.
Dorongan untuk Berusaha
Ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya biaya hidup membuat banyak orang mencari cara untuk meningkatkan pendapatan. Pelaku usaha baru beranggapan bahwa memulai bisnis dengan menggunakan tabungan adalah solusi yang pragmatis. Mereka seringkali percaya bahwa dengan modal yang dimiliki, mereka bisa menciptakan peluang kerja dan menghasilkan keuntungan.
Namun, tidak sedikit dari mereka yang terjebak dalam euforia awal tersebut, tanpa melakukan riset pasar yang memadai atau perencanaan bisnis yang matang. Hal ini mengarah pada peluncuran bisnis yang tidak siap, dengan produk atau layanan yang mungkin tidak memenuhi kebutuhan pasar.
Risiko dan Akibat
Ketika bisnis tidak berjalan sesuai harapan, masalah baru muncul. Banyak pelaku usaha baru yang terpaksa meminjam uang untuk menutupi kerugian, menciptakan siklus hutang yang semakin menumpuk. Situasi ini sering kali diperburuk oleh kurangnya pengetahuan dalam mengelola keuangan dan ketidakpahaman tentang bagaimana menjalankan bisnis secara efektif.
Akibatnya, fenomena ini tidak hanya berdampak pada individu pelaku usaha, tetapi juga dapat berkontribusi pada masalah ekonomi yang lebih luas, seperti meningkatnya tingkat kebangkrutan dan pengangguran. Keluarga yang bergantung pada tabungan mereka untuk memulai usaha bisa berakhir dengan kehilangan sumber daya yang telah mereka simpan selama bertahun-tahun.
Fenomena menguras tabungan di era krisis ekonomi menggambarkan tantangan yang dihadapi banyak orang. Meskipun semangat kewirausahaan patut dihargai, penting bagi pelaku usaha baru untuk memahami risiko yang terlibat dan melakukan persiapan yang memadai sebelum melangkah. Pendidikan finansial dan dukungan dari komunitas serta pemerintah bisa menjadi kunci untuk membantu individu tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam situasi yang sulit. Dengan pendekatan yang bijak, harapan untuk keberhasilan bisnis dapat terwujud tanpa harus mengorbankan masa depan finansial.
MENDIRIKAN USAHA BARU ATAU PENINGKATAN USAHA LAMA?....